Perbandingan Suhu atau Cuaca Iklim antara Negara Indonesia dan Malaysia
I. PENDAHULUAN
Perubahan iklim merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini,
artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia.
Hal ini disebabkan perubahan iklim global menyebabkan dampak negatif pada berbagai sektor
kehidupan. Beberapa dampak yang dirasakan karena adanya perubahan iklim antara lain
terjadinya peningkatan suhu rata-rata serta peningkatan intensitas curah hujan dan bergesernya
musim hujan.
Menurut Kusnanto (2011) keadaan rata-rata suhu udara di Indonesia mulai tahun 1968
hingga tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Dalam waktu 70 tahun sejak tahun 1940 suhu
rata-rata di muka bumi mengalami kenaikan sekitar 0,50
C. Menurut Firman (2009) kondisi udara
di Indonesia menjadi lebih panas sepanjang abad dua puluh, yaitu suhu udara rata-rata tahunan
telah bertambah kira-kira 0,30
C.
Menurut Firman (2009) terjadinya peningkatan rata-rata suhu udara menyebabkan
terjadinya penguapan air yang tinggi, sehingga menyebabkan atmosfir basah dan intensitas curah
hujan meningkat.
Menurut Naylor (2006) dalam Diposaptono (2009), perubahan pola curah
hujan di Indonesia akan mengarah pada terlambatnya awal musim hujan dan kecenderungan
lebih cepat berakhirnya musim hujan. Hal ini berarti bahwa musim hujan terjadi dalam waktu
yang lebih singkat, tetapi memiliki intensitas curah hujan yang lebih tinggi.
Perubahan iklim pada dasarnya merupakan dampak dari pemanasan global (global
warming), yaitu fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya
efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca
(GRK). Menurut Sejati (2011) ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu
karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O), sulfurheksafluorida (SFx),
perfluorokarbon (PFC) dan hidrofluorokarbon (HFC). Peningkatan emisi GRK di sebabkan
karena aktivitas manusia maupun peristiwa-peristiwa alam yang berkontribusi bagi peningkatan
emisi GRK tersebut.
Menurut Rosegrent, dkk. (2008), secara global emisi GRK merupakan kontribusi dari
berbagai sektor kehidupan. Sektor energi memberikan kontribusi sebesar 63%, sektor kehutanan
dan alih fungsi lahan sebesar 18%, sektor pertanian sebesar 13%, sektor industri dan sampah
rumah tangga masing-masing sebesar 3%.
II. TUJUAN
1. Mengetahui perbedaan suhu atau cuaca iklim antara negara Indonesia dan Malaysia.
2. Mengetahui penyebab terjadinya perubahan suhu antara negara Indonesia dan Malaysia.
III. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah ini merupakan pembahasan masalah yang terdapat dalam perbedaan suhu atau cuaca iklim antara Indonesia dan Malaysia. Lokasi yang diamati di Indonesia adalah di Jakarta, sedangkan Malaysia di Kuala Lumpur.
IV.
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu adalah
besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi
dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk
mengukur suhu dengan valid. Satuan suhu mengacu pada SI, satuan suhu adalah
Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur. Pada skala
Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C adalah titik didih air
pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di
dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke
Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya). Skala
Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku
adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F. Sebagai satuan baku, Kelvin
tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup ditulis suhu
20 K saja, tidak perlu 20° K.
Cuaca merupakan
nilai sesaat (aktual) dari keadaan atmosfer, serta perubahan dalam jangka
pendek ( < 1 jam hingga 24 jam ) di suatu tempat tertentu di bumi. Perubahan
dalam jangka pendek selama 24 jam membentuk pola siklus yang disebut perubahan
cuaca diurnal (siang-malam). Iklim yaitu sintesis atau kesimpulan atau
rata-rata nilai unsur-unsur cuaca ( hari demi hari dan bulan demi bulan ) dalam
jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Sintesis tersebut dapat
dinyatakan sebagai nilai statistik ( sebaran, rata-rata, maksimkum, minimum,
frekuensi kejadia, pola, dan peluang kejadian ).
Sistem cuaca dan
iklim dibangun oleh berbagai komponen yang mempengaruhi pembentukan cuaca dan
iklim yaitu pancaran radiasi surya, dinamika dan komposisi atmosfer, lautan,
tutupan es dan salju, permukaan bumi dan bentuknya. Serta interaksi di dalam
dan antar komponen tersebut melalui proses fisika, kimia dan biologi.
V.
PEMBAHASAN
Perbedaan suhu atau cuaca iklim antara
negara Indonesia dan Malaysia pada tanggal 9 Juni 2016. Di Indonesia bagian Jakarta
suhu mencapai 32 derajat pada siang dan malam 24 derajat. Di Malaysia bagian Kuala
Lumpur mencapai 34 derajat pada siang dan malam 24 derajat.
Gambar
5.1 Suhu atau Cuaca Iklim di Jakarta
Gambar 5.2 Peta
Ramalan Cuaca Suhu Tinggi Jakarta
Gambar 5.3 Suhu
atau Cuaca Iklim di Kuala Lumpur
Gambar 5.4 Peta Ramalan Cuaca di Kuala
Lumpur
Dapat dilihat dari hasil ramalan suhu
tersebut bahwa Malaysia lebih tinggi untuk siang hari yaitu 34 derajat
dibandingkan dengan Indonesia yaitu 32 derajat. Normal suhu pada siang hari
(tinggi) di Indonesia adalah 31 derajat dan malam hari (rendah) adalah 23
derajat. Terdapat perbedaan dari suhu normal Indonesia memiliki kenaikan suhu 1
derajat pada siang hari dan 1 derajat pada malam hari. Normal suhu pada siang
hari (tinggi) di Malaysia adalah 32 derajat dan malam hari (rendah) adalah 23
derajat. Terdapat perbedaan dari suhu normal Malaysia memiliki kenaikan suhu 2
derajat pada siang hari dan 1 derajat pada malam hari. Penyebab Malaysia lebih
tinggi daripada Indonesia dikarenakan dari Malaysia tidak mengalami hujan atau
hanya mendung dan sebagian cerah, sedangkan Indonesia kemungkinan hujan
sebentar dan sebagiannya cerah.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar