MENGAPA SURABAYA MENJADI SIMBOL SEBAGAI KOTA PAHLAWAN
Mengapa Surabaya menjadi simbol Kota
Pahlawan?
KOTA PAHLAWAN
adalah julukan utama Kota Surabaya. Julukan ini paling istimewa. Sebab, tidak
ada kota di Indonesia yang berjuluk “Kota Pahlawan”, kecuali Kota Surabaya.
Padahal hampir seluruh kota di Indonesia mempunyai semangat heroik dan
perjuangan kepahlawanan.
Untuk itulah, seyogyanya masyarakat warga Kota
Pahlawan ini benar-benar menghayati arti dari julukan itu. Pengertian
kepahlawanan di Kota Pahlawan Surabaya seharusnya tercermin dalam berbagai hal.
Baik ciri, penampilan yang khas, serta watak dan wujud nyata dari kota ini.
Artinya, saat memasuki Kota Surabaya, kesan pertama bagi orang yang belum
pernah ke Surabaya, adalah adanya nuansa kepahlawanan itu.
Tetapi,
melihat kenyataan yang ada sekarang ini, memang perlu dipertanyakan, “sudahkah
penataan kota Surabaya ini sesuai dengan makna Kota Pahlawan?” Layak dipertanyakan
“Kota Pahlawan-kah Surabaya”. Kalau memang demikian, mari kita wujudkan
Surabaya benar-benar sebagai “Kota Pahlawan” yang bertaraf nasional dan
internasional.
Perlu
digarisbawahi dan dicamkan, kalau dilihat secara kasat mata, ciri khas
kepahlawanan yang ada di Surabaya “belum” terlihat nyata. Baru bisa dirasakan
dan dihayati, tetapi belum menjadi cermin yang nyata dalam pandangan masyarakat
kepariwisataan. Seharusnya kekhasan itu bisa dilihat dengan banyaknya monumen
kepahlawanan, nama-nama jalan, nama-nama taman, cagar budaya, gedung-gedung dan
kawasan permukiman yang menggunakan nama pahlawan.
Sekarang coba lihat wajah
kota Surabaya, coreng-moreng akibat pembiaran oleh keinginan para pengusaha
yang abai terhadap arti dan makna kepahlawanan itu. Mereka tidak peduli
terhadap predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Kawasan permukiman,
gedung-gedung, nama jalan, nama taman dan pertokoan diberi nama seenaknya
sesuai selera mereka. Hampir seluruhnya kawasan permukiman baru di Surabaya,
mengambil nama perusahaan pengembang. Boleh dikatakan tidak ada yang
bermakna kepahlawanan.
Pada hal perlu diingat,
predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Surabaya, untuk mengabadikan
“Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”. Tidak hanya berawal dari peristiwa heroik
sekitar 10 November 1945 saja, tetapi dikaitkan dengan sejarah terbentuknya
ranah perkampungan Surabaya. Itupun berlanjut hingga masa perjuangan,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia itu sendiri. Artinya,
semangat juang Arek Suroboyo itu sejak dari zaman Majapahit, saat kelahiran
Surabaya, dipertahankan sepanjang masa. Semangat juang dan kepahlawanan itu
melekat sebagai jatidiri Surabaya dari dulu, hingga kini dan sampai nanti.
Sebenarnya itulah
hakekat yang diinginkan oleh Dwitunggal Proklamator Kemerdekaan Republik
Indo-nesia, Soekarno-Hatta. Mereka berdua, sebagai saksi sejarah tentang
semangat kepahlawanan Arek-arek Suroboyo (Putra-Putra Surabaya) dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.
Bung
Karno juga terkesan dengan peristiwa perobekan bendera di Hotel Orange atau
Hotel Yamato di Jalan Tunjungan yang dikenal dengan “insiden bendera” tanggal
19 September 1945. Apalagi sejak saat itu, kegiatan perlawanan masyarakat
Surabaya terhadap penjajah dan kaum kolonial semakin hebat dan gigih, maka tak
pelak lagi Bung Karno dan Bung Hatta, langsung datang ke Surabaya. Hingga
terjadi puncak perjuangan Arek Suroboyo, tanggal 10 November 1945.
Lima
tahun kemudian, kesan Bung Karno terhadap Surabaya semakin mendalam. Ide
pembangunan Tugu Pahlawan di Kota Surabaya, langsung mendapat perhatian Bung
Karno. Untuk pertama kali di tahun 1950, Bung Karno menetapkan tanggal 10
November sebagai “Hari Pahlawan”. Sekaligus, Surabaya mendapat predikat “Kota
Pahlawan”.
Kamus Kepahlawanan
Julukan sebagai Kota Pahlawan, juga dikaitkan dengan
sejarah Surabaya. Sewaktu tahun 1293, lebih 718 tahun yang silam.
sumber: http://koranlangit.wordpress.com/2012/11/07/surabaya-kota-pahlawan-oleh-yousri-nur-raja-agam-mh/
Komentar
Posting Komentar